Pluralis Kristen
Penggunaan kata PLURALIS di dalam blog ini mengacu kepada sikap sosial yang menghormati agama atau keyakinan orang lain yang berbeda dengan kita.
Dalam menghormati agama orang lain itu, kita tidak mesti terjerumus ke dalam pluralisme, yang merupakan sikap yang sudah terlalu jauh, sampai menerima atau mengakui bahwa semua agama adalah sama saja.
Jadi, singkatnya.....
Pluralis, Yes!
Pluralisme, no!
23 Jan 2010
Kristen Pluralis, Pluralisme, dan Pluralis Palsu
Sedari awalnya ini, saya merasa sangat perlu untuk menjelaskan bahwa apa yang saya maksudkan di sini sebagai KRISTEN PLURALIS bukan dan janganlah disamakan dengan orang-orang yang menganut paham pluralisme.
Menurut saya, kata “pluralis” atau frasa “Kristen pluralis” itu adalah tidak tepat jika ditujukan atau digunakan untuk menyebut orang-orang yang menganut paham pluralisme. Walaupun, hal itu sepertinya telah menjadi kebiasaan bagi beberapa orang untuk menyebutnya demikian (menyebut mereka yang berpaham pluralisme sebagai “pluralis”). Saya katakan penggunaan yang seperti itu tidak tepat, sebab seorang PLURALIS tidak perlu harus menjadi seorang yang menganut paham pluralisme (dan memang sebenarnya bukanlah demikian). Karena itu, sebaiknyalah dibuat sebutan yang lain, yaitu yang lebih tepat lagi untuk menggambarkan orang-orang yang menganut paham pluralisme itu. Hal ini, menurut saya, sangat penting. Sebab, kalau tidak dilakukan hal yang seperti itu, maka akan timbul kerancuan (khususnya di dalam diri orang kebanyakan) dalam mengenali kedua kelompok/golongan yang sangat jauh berbeda itu. (Kalaupun kata “pluralis” masih tetap mau dipertahankan juga untuk menyebutkan mereka itu, sepatutnyalah diberikan tambahan kata yang lebih menjelaskan posisi dari mereka itu, semisal: “pluralis ekstrim”, atau apalah lagi yang lainnya).
Jadi, untuk selanjutnya di dalam semua tulisan saya di blog ini, jika saya menggunakan kata “pluralis” atau frasa “Kristen pluralis”, saya harap sudah tidak ada lagi orang yang menyalah-artikannya atau menghubungkannya dengan paham pluralisme. Secara sederhana, yang saya maksudkan dengan KRISTEN PURALIS itu ialah orang-orang Kristen yang bersikap dan berlaku bijak, serta penuh hormat, kepada semua orang dari latar belakang agama atau aliran (mazhab) agama yang mana pun. Mereka menghargai dan menghormati (dengan tulus!) semua orang sebagai sesama manusia mereka di bumi ini, yang memiliki hak yang sama (setara) untuk eksis, berkeyakinan, dan berkarya di bumi ini. Jadi, ini lebih kepada sikap atau penyikapan secara sosial (terhadap orang-orang dan agama-agama atau kepercayaan-kepercayaan yang lain). Kata lain untuk ini – yang sudah umum digunakan selama ini – ialah toleransi.
Sedangkan, mereka yang menganut paham pluralisme itu adalah orang-orang yang sudah bergerak terlalu jauh, sehingga mereka sampai beranggapan bahwa semua agama itu pada hakekatnya adalah sama saja – sama-sama berasal dari Tuhan yang sama dan sama-sama menuju kepada Tuhan yang sama juga. Menerima paham pluralisme yang demikian itu akan menempatkan seseorang hanya tinggal selangkah saja lagi dari menjadi seorang sinkretis (orang yang mencampur-baurkan ajaran/keyakinan dari agama yang lainnya ke dalam agamanya sendiri – sinkretisme).
Sangat jelas sekali bahwa bukan yang disebutkan belakangan itulah (yaitu pluralisme yang menjurus kepada sinkretisme) yang saya maksudkan dengan menjadi PLURALIS atau KRISTEN PLURALIS itu di sini. Dan, sekali lagi, hal itu adalah hal yang harus kita pertegas dari sejak awalnya di sini. Tetapi, selain sangat perlu untuk menampik paham pluralisme (ketika menganjurkan untuk menjadi KRISTEN PLURALIS), kitapun sangat perlu juga untuk menelanjangi apa yang patut disebut sebagai "pluralis palsu".
Apa atau siapakah yang saya maksudkan dengan sebutan "pluralis palsu" itu? Mereka itu adalah orang-orang yang menyebut diri atau kelompoknya sebagai "pluralis", tetapi sesungguhnya sebutan "pluralis" itu hanya mereka gunakan sebagai kamuflase belaka. Atau, sebutan “pluralis” itu hanya dikenakan sebagai "kosmetika" saja oleh mereka. Jadi, dengan kata lain, mereka itu bukanlah orang-orang PLURALIS yang sebenarnya (khususnya di dalam niat atau motivasinya), melainkan hanyalah orang-orang yang mengenakan "jubah" sebagai "pluralis" belaka.
Mereka itu patut dan tepat sekali digelari sebagai "pluralis palsu" karena sikap "pluralis" yang mereka tunjukkan itu adalah palsu atau tidak dilakukan dengan tulus. Semua "kebaikan" dan "toleransi" yang mereka tunjukkan itu adalah dalam rangka atau hanyalah demi untuk mencapai satu tujuan saja, yaitu supaya melaluinya orang-orang yang beragama lain itu akhirnya menjadi berpindah imannya (dari agama/kepercayaan yang dianutnya sebelumnya) kepada agama/kepercayaan mereka (para “pluralis palsu” itu).
Tujuan tertinggi bagi para “pluralis palsu” itu (sebagaimana yang sudah dikemukakan di atas tadi) ialah “mempertobatkan” orang-orang lainnya ke dalam agama (kepercayaan) mereka. Tetapi, selain tujuan yang tertinggi itu, mereka pun masih memiliki tujuan yang lainnya lagi, yang tingkatannya memang berada di bawah yang satu itu tadi. Apakah itu? Yaitu “mendapatkan image yang baik” atau “dianggap sebagai orang-orang yang baik” oleh orang-orang yang lainnya. Jadi “gembar-gembor” atau “iklan promosi” yang mereka sebarkan ke mana-mana bahwa mereka adalah orang-orang yang “pluralis” itu adalah sebuah taktik semata, yaitu supaya di mata orang-orang yang lainnya mereka akan terlihat sebagai orang-orang yang “baik” atau “toleran”. Tentunya hal ini pun masih berkaitan erat dengan tujuan mereka yang tertinggi itu tadi, yaitu untuk “mempertobatkan” orang-orang lainnya itu kepada agama/kepercayaan mereka. Tetapi, hal ini bisa juga dijadikan sebagai sebuah pencapaian tersendiri, yang cukup memiliki arti juga (setidaknya untuk kepuasan bagi diri mereka sendiri). Sebab, dengan demikian, setidaknya (kalau pun tujuan akhir dari mereka itu tidak atau masih belum tercapai) dengan terciptanya image yang baik itu, mereka mendapatkan penghiburan tersendiri bagi diri mereka (ketimbang, tentunya, kalau semua orang menilai bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang yang kasar/arogan/negatif).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar